A. Deduktif
Kata deduksi atau
deduktif berasal dari kata Latin deducere (de yang berarti ‘dari’, dan kata
ducere yang berarti ‘menghantar’, ‘memimpin’). Dengan demikian kata deduksi
yang diturunkan dari kata itu berarti ‘menghantar dari sesuatu hal ke sesuatu
yang lain’. Deduksi merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak
dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi yang sudah
ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Proses
berpikir yang deduktif dapat dibedakan melalui beberapa corak berpikir
deduktif, yaitu : – Silogisme kategorial adalah suatu bentuk proses penalaran
yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk
menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi yang
ketiga. – Silogisme hipotetis adalah semacam pola penalaran deduktif yang
mengandung hipotese. – Silogisme disjungtif atau silogisme alternatif,
dinamakan seperti ini karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi
alternatif, yaitu proposisi yang mengadung kemungkinan-kemungkinan atau
pilihan-pilihan.. – Entimem, yang berasal dari kata kerja enthymeisthai yang
berarti “simpan dalam ingatan”. – Rantai deduksi, merangkaikan beberapa bentuk
silogisme yang tertuang dalam bentuk-bentuk yang informal
B. Induktif
Induksi memiliki
pengertian yaitu menurunkan suatu kesimpulan, penulis harus mengumpulkan
bahan-bahan atau fakta-fakta terlebih dahulu.
Penalaran Induktif pada
dasarnya terdiri dari tiga macam yaitu :
Generalisasi adalah
proses penalaran berdasarkan pengamata atas sejumlah gejala(data) yang bersifat
khusus, serupa,sejenis yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan
yang bersifat umum.
Macam-macam
generalisasi :
aGeneralisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan
diselidiki. Contoh: sensus penduduk
b. Generalisasi tidak
sempurna Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena
yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Sebagian
Masyarakat Indonesia menyukai transportasi Udara.
Generalisasi juga bisa
dibedakan dari segi bentuknya ada 2 (Gorys Keraf, 1994 : 44-45), yaitu :
1. Tanpa Loncatan
Induktif Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan,
sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali. Misalnya, untuk
menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya, diperlukan
ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.
Contoh : Sari suka
makan bakso.Louise suka makan bakso. Arisuka makan bakso. Dapat disimpulkan
bahwa ketiga anak tersebut sukamakan bakso.
2. Dengan Loncatan
Induktif Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari
beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena
yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian
dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh : Niko suka
bermain gitar. Ria suka bermain piano. Nina suka bermain biola. Dapat
disumpulkan bahwa anak-anak komplek Pelita suka bermain alat musik.
Sumber : Keraf, Gorys.
1982. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia