Senin, 11 Februari 2013

penggunaan bahasa indonesia secara baik dan benar


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi colonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 untuk menghindari kesan “imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
* Penggunaan Bahasa Indonesia
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan bahasa yang baku.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Jika bahasa sudah baku atau standar, baik yang ditetapkan secara resmi lewat surat putusan pejabat pemerintah atau maklumat, maupun yang diterima berdasarkan kesepakatan umum dan yang wujudnya dapat kita saksikan pada praktik pengajaran bahasa kepada khalayak, maka dapat dengan lebih mudah dibuat pembedaan antara bahasa yang benar dengan yang tidak. Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar. Jika orang masih membedakan pendapat tentang benar tidaknya suatu bentuk bahasa, perbedaan paham itu menandakan tidak atau belum adanya bentuk baku yang mantap. Jika dipandang dari sudut itu, kita mungkin berhadapan dengan bahasa yang semua tatarannya sudah dibakukan; atau yang sebagiannya sudah baku, sedangkan bagian yang lain masih dalam proses pembakuan; ataupun yang semua bagiannya belum atau tidak akan dibakukan. Bahasa Indonesia, agaknya termasuk golongan yang kedua. Kaidah ejaan dan pembentukan istilah kita sudah distandarkan; kaidah pembentukan kata yang sudah tepat dapat dianggap baku, tetapi pelaksanaan patokan itu dalam kehidupan sehari-hari belum mantap.
Di atas sudah diuraikan bahwa orang yang berhadapan dengan sejumlah lingkungan hidup harus memilih salah satu ragam yang cocok dengan situasi itu. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu beragam baku. Dalam tawar-menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjil bila dalam tawar-menawar dengan tukang sayur atau tukang becak kita memakai bahasa baku seperti ini :
(1) Berapakah Ibu mau menjual bayam ini?
(2) Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Tanah Abang dan berapa ongkosnya?
Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas akan lebih tepat jika kita memakai bahasa seperti di bawah ini :
(1) Berapa nih, Bu, bayemnya?
(2) Ke Pasar Tanah Abang, Bang. Berapa?
Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang baik, tetapi tidak benar. Frasa seperti “ini hari” merupakan bahasa yang baik sampai tahun 80-an di kalangan para makelar karcis bioskop, tetapi bentuk itu tidak merupakan bahasa yang benar karena letak kedua kata dalam frasa ini terbalik.
Karena itu, anjuran agar kita “berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.

Penulisan ilmiah, semi ilmiah, dan non ilmiah


1. Penulisan ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah. Penulisan ilmiah juga merupakan uraian atau laporan tentang kegiatan, temuan atau informasi yang berasal dari data primer dan / atau sekunder, serta disajikan untuk tujuan dan sasaran tertentu. Informasi yang berasal dari data primer yaitu didapatkan dan dikumpulkan langsung dan belum diolah dari sumbernya seperti tes, kuisioner, wawancara, pengamatan / observasi. Informasi tersebut dapat juga berasal dari data sekunder yaitu telah dikumpulkan dan diolah oleh orang lain, seperti melalui dokumen (laporan), hasil penalitian, jurnal, majalah maupun buku. Penyusunan penulisan dimaksudkan untuk menyebarkan hasil tulisan dengan tujuan tertentu yang khusus, sehingga dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang tidak terlibat dalam kegiatan penulisan tersebut. Sasaran penulisan yang dimaksud adalah untuk masyarakat tertentu seperti ilmuwan, masyarakat luas baik perorangan maupun kelompok dan pemerintah atau lembaga tertentu.
Contohnya : Penulisan essay ilmiah, penulisan ilmiah mahasiswa, penulisan ilmiah hasil penelitian, laporan kajian atau penyelidikan. Skripsi, thesis


2. Tulisan semi Ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan.
Contohnya : cerpen, novel, hikayat, komik



3. Tulisan non-ilmiah adalah sutau tulisan yang di dalamnya tidak memiliki suatu bukti fakta yang konkret. Tulisan non –ilmiah biasanya hanyalah tulisan biasa yang bias bersifat pribadi atau sekedar menghibur pembacanya.
Contohnya : diari, komik, cerita lucu, surat pribadi

Jumat, 18 Januari 2013

MEMO


Memo writing is concise and clear that a person goes to informal writing is usually no more than 10 lines, the writing could be on the tick yes or handwritten.
                                
Memo used to remind or confirm about a thing / affair. The contents of the memo in the form of notices, requests, instructions, suggestions, messages and specific task.

As well as regular mail memos have parts like the head, torso, and legs memo.
Head * Name
* Address
* The symbol or logo Agencies

* Board of contents / short message (giving orders, information or reports)

Feet * signatures and memo making clear name

Memo Writing Steps:
1. Prepare a blank Memo That will be used
2. writing may be typed or handwritten
3. convey the message / instructions with the appropriate language and brief
4. clearly signed and include the name of the manufacturer memo
send a memo to the person referred to


Example:



MEMO

To                   : Dimas Jayadiningrat
From               : Afif Adhi Yoga
                          Public relation Manager
Subject            : Press Conference of the Concert
 Date                : April 11st, 2006

            Please attend the press conference at Plaza Indonesia on Saturday,Januari  19th, 2013 at 11 a.m. on behalf of the choreographer team. Cover everything you need for the conference by yourself.

Senin, 19 November 2012

CONTOH ORDER LETTER


Contoh Order Letter

Mancini Kitchen Equipment
Troy D. Mancini
4220 Straford Park
Harold, KY 41635

Dear Mr. Mancini,
We would like to purchase twenty two (22) individual stand mixers (Model #43423), all in the color red.
 We would like you to charge this purchase to the preexisting account that we have with you, business account #543234.
We hope to receive this order no later than Friday, November 11th, 2009. Attached to this letter please find our preferred shipping method and receiving address.
Please confirm that you received this order by calling us at 232-231-4563 anytime during business hours, Monday to Friday.
Thank you for your cooperation
Keller Kitchen Co.

Selasa, 23 Oktober 2012

Contoh Inquiry Letter

February 22, 2008

PT. Sukmajaya
Jl.Sawangan No.38 Sawangan
Depok, West Java
16516


Dear Sirs,

We are a bit short-handed this summer, as many of our administrative assistants are taking their vacations. Your name was listed in Southern Business Partners Newsletter as a reputable temporary employee provider. Please send us information concerning the experience and expertise of the employees you typically refer. We are particularly interested in employees who have experience in a health care environment.

Along with this employee information, please send us references of past or current businesses who utilized your employment service and a list of fees and payment terms.

We look forward to receiving this information, as we are anxious to fill these temporary positions. Your prompt response would be greatly appreciated.

Sincerely,


afif lusty deys
Personal Manager
0857809075
cobaaja@gmail.com

Jumat, 05 Oktober 2012

PARTS OF A LETTER

LETTER HAND

In official letters always contained the letterhead or letterhead also called. The purpose is to facilitate the letterhead danalamat know the name of the office or the company and other information from the company or agency sending the letter.
In general, the head of a letter printed in the form of a very interesting terdiriatas


1) name of the office, company or organization
2) address or the street name and house number
3) Telephone number
4) Number telex, facsimile when
5) Name and address of the wire or if there
6) Name and address of the branch office if any
7) Name the banker
8) Types of business
9) Number tromol post or mailbox if any, and
10) The symbol or logo


LETTER HAND

Writing a simple letter head was made ​​up of the company name and address as well as phone numbers, which are usually so small companies. But if the company is large and is famous for the writing on the letterhead contains almost all the parts and which has been described above. For details, see the chart image or a simple letter and complete the following.




Kamis, 19 April 2012

Berpikir Deduktif dan induktif



A. Deduktif
Kata deduksi atau deduktif berasal dari kata Latin deducere (de yang berarti ‘dari’, dan kata ducere yang berarti ‘menghantar’, ‘memimpin’). Dengan demikian kata deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘menghantar dari sesuatu hal ke sesuatu yang lain’. Deduksi merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Proses berpikir yang deduktif dapat dibedakan melalui beberapa corak berpikir deduktif, yaitu : – Silogisme kategorial adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi yang ketiga. – Silogisme hipotetis adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese. – Silogisme disjungtif atau silogisme alternatif, dinamakan seperti ini karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengadung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.. – Entimem, yang berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti “simpan dalam ingatan”. – Rantai deduksi, merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk-bentuk yang informal

B. Induktif
Induksi memiliki pengertian yaitu menurunkan suatu kesimpulan, penulis harus mengumpulkan bahan-bahan atau fakta-fakta terlebih dahulu.
Penalaran Induktif pada dasarnya terdiri dari tiga macam yaitu :

Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamata atas sejumlah gejala(data) yang bersifat khusus, serupa,sejenis yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Macam-macam generalisasi :
aGeneralisasi sempurna Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh: sensus penduduk
b. Generalisasi tidak sempurna Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Sebagian Masyarakat Indonesia menyukai transportasi Udara.
Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2 (Gorys Keraf, 1994 : 44-45), yaitu :
1. Tanpa Loncatan Induktif Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali. Misalnya, untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.
Contoh : Sari suka makan bakso.Louise suka makan bakso. Arisuka makan bakso. Dapat disimpulkan bahwa ketiga anak tersebut sukamakan bakso.
2. Dengan Loncatan Induktif Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh : Niko suka bermain gitar. Ria suka bermain piano. Nina suka bermain biola. Dapat disumpulkan bahwa anak-anak komplek Pelita suka bermain alat musik.
Sumber : Keraf, Gorys. 1982. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia